(Bukan) Malam pertama
Tidak ini bukan malam pertama, hanya kebetulan.
Dimulai dari kegiatan tahunan sekolahku yakni berkemah. Aku senang sekali dan mempersiapkan dengan baik semua itu.
"Sampai jumpa pa, ma, aku akan merindukan kalian"
"Hati2 maya...Tetap pastikan perlengkapan dan sarapanmu tak boleh telat"
Ibu selalu seperti itu, aku ini sudah besar. Aku berangkat diiringi tatapan khawatir ibuku. Ayolah aku sudah kelas XII tak ada yang perlu dikhawatirkan.
***
Sampai di sana kami langsung dikumpulkan dan dibriefing untuk segala macam peraturan dan teknisnya langsung oleh P.Ghofur, Itu guru Seni Budaya sebenarnya tapi Beliau bertanggung jawab atas kegiatan ini.
Mendadak aku rasanya dapat panggilan dari toilet. Aduh mana baru datang lagi. Aku menoleh kanan kiri mencari tempat untuk pipis tapi nihil. Aku tak mengenal tempat ini.
"Ran, ikut aku nyari sungai atau apa gitu dah nyampe ujung nih... "
"Tapi may. Ini masih briefing ntar kita ketinggalan informasi"
"Alah, itu gampang tanya ke teman seregu nanti, Kita satu regu kan?"
Tanpa banyak bicara lagi aku dan Rani menyusup keluar mencari sungai dan tas aku titipkan ke Sinta. Di tengah pencarian aku malah bertemu dengan seorang yang tak asing. Dia teman sekelasku.
"Hey Nuba, ngapain kamu di sini? Kabur ya hayo...? "
"Ah sama aja, Kamu sendiri? ”
Masa bodoh. Aku mengusap wajah. Lagi pula buat apa aku bertanya. Anak laki-laki itu selalu begitu. Menyebalkan.
"Emm ayo Ran, kita pergi dari tempat ini. Sebelum matahari makin tenggelam"
Aku meninggalkan Nuba sendiri di sana. Entah apa yang dia lakukan (kelihatan nganggur di pinggir sungai).
Kami memang berangkat siang dan sampai di sana sudah hampir sore. Sepulang dari sungai tadi aku bingung menatap tenda.
"Aku nyari Sinta dulu ya, mau nanya yang mana tenda kita"
Aku mengangguk mengiyakan, menunggu di sana sendirian sambil menoleh ke segala arah.
"Hoammbb, Rani kemana dia. Lama sekali" gerutuku sebal.
Makin lama aku makin mengantuk duduk disini. Aku jengkel dan lama kelamaan berinisiatif untuk mencari sendiri tenda kami. Sebenarnya aku takut salah karena semua tenda dalam keadaan gelap. Aku menggerutu dalam hati merasa heran kenapa semua tenda ini kosong. Tapi mengingat mataku sudah tak kuat untuk berjaga lebih lama lagi aku memutuskan untuk mengambil selimut siapapun yang aku lihat dan menutupi tubuhku dengannya. Berpikir sejenak kalaupun aku salah pasti mereka maklum karena ini masih hari pertama.
Malam itu aku tak sempat berpikir apapun sebab kosongnya tenda, terlalu capek akibat mencari sungai siangnya. Tengah malam, Setengah sadar aku ingat tentang pemilik selimut yang aku pakai, mungkin dia kasihan dan membiarkanku memakainya. Masih hari pertama juga mereka pasti maklum.
Sementara masih dalam keadaan gelap ketika aku terbangun sudah ada kaki di perutku. Aku menyingkirkannya dengan wajah jengkel. Berusaha melihat tapi tidak bisa. Semua gelap. Aku teruskan tidur dan memutuskan untuk menyelesaikan perkara ini besok.
Satu jam setelah menyingkirkan kaki. Tangan orang di sebelahku melingkar di perutku.
"Ihhh. Tangan siapa sih ini" Sekali lagi aku membuangnya dengan perasaan sebal.
Baru kali ini aku bermalam di alam bebas seperti ini. Menyesali keputusan menitipkan barang tadi. Malam juga semakin dingin, semakin enggan aku membuka selimut.
Tak lama setelah itu orang di sebelahku mengulanginya lagi dan berkali-kali seperti itu tangannnya melingkar di perutku. Mungkin dia menganggapku guling di kamarnya. Aku lelah kali ini bukan hanya tangan namun kakinya juga memelukku. Aku buang, dia ulangi lagi. Terus seperti itu. Tidurku terganggu orang ini benar-benar menyebalkan. Akhirnya aku diam dan tak perduli lagi. Apapun yang dia lakukan. Besok saja aku urus.
***
"Teng teng teng". Suara kentongan pak guru membangunkan kami untuk sholat subuh.
Aku mulai terjaga. Keadaan sudah terang seperti ada obor di luar. Sepertinya memang waktunya bangun, tapi mataku masih sulit terbuka. Apalagi saat jadi guling teman di sebelahku ini. Rasanya tidak dingin lagi semalam. Namun aku terkejut saat membuka mata dan melihat sekeliling ku dan...
"Aaaaaaaaaaaaaaaa! "
Refleks aku menjerit dengan apa yang aku lihat barusan dan aku menampar wajahnya dengan keras.
"Plakkkk!!! Nuba! Apa yang kau lakukan semalam?".
Yang ditanya wajahnya masih kusut dan setengah sadar. Sontak semua mata tertuju padaku. Aku baru sadar kalo memasuki tenda siswa putra. Cepat sekali suaraku mengundang perhatian penghuni tenda yang lain.
Dengan cepat aku berdiri dan keluar dari tenda itu dengan perasaan malu tingkat dewa. Sambil mengumpat diri sendiri dan segera menyesali segala keputusan bodoh kemarin. Sehingga tak tahu letak tenda.
"Huuu Maya ngapain kamu semalam sama Nuba...?! " kata siswa yang tendanya aku masuki Semalam.
"Diam!! Atau aku..." bahkan kepalan tanganku tak akan merubah apapun.
Subuh itu semua siswa tak kuasa menahan tawa dan aku sendiri sedang mencari Rani dengan perasaan jengkel setengah mati. Dan akhirnya ketemu juga. Dia buru-buru mendatangiku.
"May.. Maaf tadi malam itu langsung ikut kegiatan di lapangan. Aku tidak sempat menyusulmu. Lalu setelah itu aku lupa dan langsung tidur karena capek., please maafin aku... "
Melihat raut wajahku yang kesal dia akhirnya bertanya kembali.
"Jadi tidur dimana Semalam? "
Aku menceritakan apa yang terjadi semalam tanpa terkecuali.
"Hah! Jadi....? "
"Jangan berpikir yang tidak-tidak lagi pula aku tidak sengaja. Aku juga sudah menamparnya gara-gara itu"
"May, kasihan dia. Kan kamu yang salah"
"Yah kok jadi belain Nuba sih. Temen kamu yang mana sih aku atau Nuba"
Aku marah karena Rani terus menggodaku. Menganggap ini lelucon sementara aku sibuk memikirkan agar semua orang lupa tentang hari ini.
***
"Sayang sudah siap sarapannya, ayo turun dulu. "
"Siap, ma." dia turun dan memulai percakapan sebelum sarapan.
"Ma... kata papa kenangan berkesan sama mama di tenda kemah ya? Gimana tuh ceritanya Aldo penasaran nih"
Seketika pipiku merah, anak ini mewarisi kejahilan papanya. Aku hanya tersenyum pahit menanggapinya. Sambil menduga kalo ini pasti ulah papanya. Awas saja. Yang ditunggu turun juga. Gatal sekali tanganku ingin segera menjewer si papa.
"Ehh papa salah apa pagi-pagi main jewer aja.. ada apa mamah sayang..?"
"Hmm .. papa cerita apa sama aldo? Mamah kan malu" yang ditanya baru ingat.
"Eh itu (tersenyum tak berdosa malah bangga) iya gapapa biar anak kita tahu cerita unik papahnya. Ga papalah ma..lagian dia udah dewasa ini... barangkali terinspirasi "
Aku masuk ke kamar membanting pintu. Ngambek, malu dll.
Bertahun-tahun berlalu rasanya aku masih saja mengingatnya dengan baik. Ternyata malam pertama itu membuatku berteman dengan Nuba seumur hidupku. Takdir menyatukanku dengannya di rumah ini dan bersama selamanya.
Bagaimana aku bisa lupa.
*cerpen yang dibuat dari tantangan yang gagal. Tak apalah. Yang pasti cerpen ini akan tetap aku simpan.